Senin, 22 Januari 2018

Isu Etika Signifikan dalam dunia bisnis & profesi

1.   Benturan kepentingan
Benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama perusahaan. Sebuah situasi konflik dapat timbul manakala personil mengambil tindakan atau memiliki kepentingan yang dapat menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk melaksanakan pekerjaannya secara obyektif dan efektif.

Contoh Empiris:
Kasus Bank Lippo bermula dari terjadinya perbedaan laporan keuangan kuartal III Bank Lippo, antara yang dipublikasikan di media massa dan yang dilaporkan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dalam laporan yang dipublikasikan melalui media cetak pada 28 November 2002 disebutkan total aktiva perusahaan sebesar Rp 24 triliun dengan laba bersih Rp 98 miliar. Sementara dalam laporan ke BEJ tanggal 27 Desember 2002, total aktiva berkurang menjadi Rp 22,8 triliun dan rugi bersih (yang belum diaudit) menjadi Rp 1,3 triliun.
Rekayasa laporan keuangan dilakukan keluarga karena mereka memiliki agenda terselubung yaitu untuk kembali menguasai kepemilikan Bank Lippo. Rekayasa laporan keuangan tersebut dilakukan dengan cara melaporkan kerugian yang tidak terjadi, kerugian bank itu direkayasa melalui 2 cara yakni menurunkan nilai aset melalui valuasi yang dirancang sangat merugikan bank dan transfer aset kepada pihak terkait untuk menciptakan kerugian di pihak bank, tetapi menguntungkan pemilik lama.

2. Etika dalam tempat kerja
Dalam pandangan rasional tentang perusahaan, kewajiban moral utama pegawai adalah untuk bekerja mencapai tujuan perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatanyang mungkin mengancam tujuan tersebut.

Adapun beberapa praktik di dalam suatu pekerjaan yang dilandasi dengan etika dengan berinteraksi di dalam suatu perusahaan, misalnya:

1) Etika Terhadap Saingan
Kadang-kadang ada produsen berbuat kurang etis terhadap saingan dengan menyebarkan rumor, bahwa produk saingan kurang bermutu atau juga terjadi produk saingan dirusak dan dijual kembali ke pasar, sehingga menimbulkan citra negatifdari pihak konsumen.

2) Etika Hubungan dengan Karyawan
Di dalam perusahaan ada aturan-aturan dan batas-batas etika yang mengatur hubungan atasan dan bawahan, Atasan harus ramah dan menghormati hak-hak bawahan, Karyawan diberi kesempatan naik pangkat, dan memperoleh penghargaan.

3) Etika dalam hubungan dengan publik
Hubungan dengan publik harus dujaga sebaik mungkin, agar selalu terpelihara hubungan harmonis. Hubungan dengan public ini menyangkut pemeliharaan ekologi, lingkungan hidup. Hal ini meliputi konservasi alam, daur ulang dan polusi. Menjaga kelestarian alam, recycling (daur ulang) produk adalah uasha-usaha yang dapat dilakukan perusahaan dalam rangka mencegah polusi, dan menghemat sumber daya alam.

3.   Aktivitas bisnis internasional – masalah budaya
Budaya perusahaan bukanlah hanya apa yang akan dikerjakan sekolompok individu melainkan juga bagaimana cara dan tingkah laku mereka pada saat mengerjakan pekerjaan tersebut. Seorang pemimpin memiliki peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan.

Budaya perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya prilaku. Dan sebaliknya dapat pula mendorong terciptanya prilaku yang tidak etis.

4.   Akuntabilitas Sosial
Akuntabilitas sosial merupakan proses keterlibatan yang konstruktif antara warga negara dengan pemerintah dalam memeriksa pelaku dan kinerja pejabat publik, politisi dan penyelenggara pemerintah.
Tujuan dari akuntabilitas sosial adalah sebagai berikut :
  • Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh berbagai aktivitas yang berkaitan dengan produksi perusahaan.
  • Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungan mencakup financial dan managerial social accounting, social auditing.
  • Untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan suatu hasil yang relevan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu perusahaan.
Untuk maksimalisasi kinerja akuntabilitas sosial harus menjalankan syarat pokok untuk pelaksanaan akuntabilitas sosial, antara lain:

1)    Keberadaan Mekanisme yang Menjembatani Hubungan antara Negara dan Masyarakat
è Mekanisme ini mempunyai makna strategis, sebab, pertukaran informasi, dialog dan negosiasi dapat dilakukan oleh berbagai elemen baik dari negara maupun dari masyarakat melalui sejumlah mekanisme tersebut. Contoh kongkret dari mekanisme yang menjembatani hubungan antara negara dan masyarakat adalah keberadaan Dinas Komunikasi dan Informasi dari setiap Pemerintah Kabupaten dan Kota.

2)    Keinginan dan Kapasitas dari Warga Negara dan Aktor-aktor Civil Society yang Kuat untuk Secara Aktif Terlibat dalam Proses Akuntabilitas Pemerintah
è Faktor ini sering kali berbenturan dengan sejumlah persoalan seperti: fakta lemahnya elemen Civil Society dan adanya pemikiran bahwa warga negara kurang berdaya.

3)  Keinginan dan Kapasitas dari Politisi dan Birokrat untuk Mempertimbangkan Masyarakat
è Banyak pengalaman yang menunjukkan bahwa kepekaan politisi dan birokrat terhadap aspirasi masyarakat dapat merubah pola interaksi antara negara dan masyarakat. Pada titik ini, pola interaksi kedua elemen tersebut dapat semakin disinergikan sehingga terbentuk sebuah pola interaksi yang bersifat timbal balik antara aktor-aktor yang berasal dari negara maupun masyarakat.

4)    Lingkungan yang Memungkinkan
è Dalam dunia ekonomi dan budaya, sebuah upaya perwujudan akuntabilitas sosial akan menjadi sia-sia ketika lingkungan sosial dan ekonomi tidak menyediakan kesempatan bagi warga negara untuk memperoleh akses partisipasi yang sama di kedua dunia tersebut.

Contoh Empiris :
Perkumpulan INISIATIF bersama jaringan kelompok masyarakat di Kabupaten Bandung dan Garut pada tahun 2012 melakukan akses informasi publik yang dibarengi dengan kegiatan survey penelusuran belanja publik atau public expenditure tracking survey (PETS) berkenaan dengan program–program penyediaan air bersih yang merupakan program PDAM maupun Dinas Cipta Karya.
Berdasarkan hasil survey penelusuran, kelompok masyarakat dapat memetakan aktor-aktor yang terlibat di dalam penentuan anggaran, sumber anggaran program penyediaan air bersih, mekanisme dan periode pelaksanaan anggaran sampai ke tingkat masyarakat penerima manfaatnya. Hasil survey tersebut pun menunjukkan bahwa alokasi anggaran untuk program-program penyediaan air bersih di tingkat daerah, khususnya di tingkat kabupaten/kota lebih banyak disokong melalui anggaran pusat melalui dana alokasi khusus (DAK) maupun dana alokasi umum (DAU), dan sedikit sekali jumlahnya anggaran yang dialokasikan melalui APBD.
Kartu Laporan Warga atau Citizen Report Card (CRC). Dari penelitian yang menitikberatkan pada survey rumah tangga tersebut, menghasilkan bahwa sebagian besar pelayanan program penyediaan air bersih dirasakan belum optimal, dari sudut pandang rumah tangga pengguna PDAM maupun penerima manfaat dari program melalui Dinas Cipta Karya.

Hal tersebut sangatlah timpang, apabila dari pandangan rumah tangga maupun masyarakat penerima layanan air bersih, menilai bahwa pemenuhan hak mereka atas air belumlah sepenuhnya optimal, sementara kucuran dana dari pusat dan daerah hampir setiap tahun dialokasikan dan dialirkan ke dalam bentuk program dan kegiatan pengembangan sistem penyediaan air bersih, lantas pertanyaannya seberapa efektifkah anggaran tersebut dilaksanakan, toh pada masyarakat masih menilai pemenuhan atas akses air bersih , masih lebih dominan dipenuhi oleh pihak swasta, dengan cara membeli air-air kemasan dan isi ulang.

Tak cukup sampai di situ, pembuktian lainnya, yaitu masyarakat menilai bahwa keberadaan program dan kegiatan penyediaan air bersih pun terkadang tidak jelas siapa sasarannya, lokasi dibangunnya serta jumlah anggaran yang dilaksanakan untuk sebuah pembangunan prasarana air bersih. Karena senyatanya tak jarang bahwa pelaksanaan pembangunan lebih banyak dilakukan oleh pihak kontraktor, yang tidak semua masyarakat tahu kredibilitas penyedia jasa kontruksi tersebut, serta tidak semua tahu bagaimanakah proses penentuan penyedia jasa tersebut.
5.   Manajemen Krisis
Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal. Artinya terjadi gangguan pada proses bisnis ‘normal’ yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat dikategorikan sebagai krisis.

Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia bisnis dapat mengambil beragam bentuk. Mulai dari bencana alam seperti Tsunami, musibah teknologi (kebakaran, kebocoran zat-zat berbahaya) sampai kepada karyawan yang mogok kerja. Segala kejadian buruk dan krisis, berpotensi menghentikan proses normal bisnis yang telah dan sedang berjalan, membutuhkan penanganan yang segera (immediate) dari pihak manajemen. Penanganan yang segera ini kita kenal sebagai manajemen krisis (crisis management).

Aspek dalam Penyusunan Rencana Bisnis
Setidaknya terdapat enam aspek yang mesti kita perhatikan jika kita ingin menyusun rencana bisnis yang lengkap. Yaitu tindakan untuk menghadapi :
1. Situasi darurat (emergency response),
2. Skenario untuk pemulihan dari bencana (disaster recovery),
3. Skenario untuk pemulihan bisnis (business recovery),
4. Strategi untuk memulai bisnis kembali (business resumption),
5. Menyusun rencana-rencana kemungkinan (contingency planning), dan
6. Manajemen krisis (crisis management).

Penanganan Krisis
Pada hakekatnya dalam setiap penanganan krisis, perusahaan perlu membentuk tim khusus. Tugas utama tim manajemen krisis ini terutama adalah mendukung para karyawan perusahaan selama masa krisis terjadi. Kemudian menentukan dampak dari krisis yang terjadi terhadap operasi bisnis yang berjalan normal, dan menjalin hubungan yang baik dengan media untuk mendapatkan informasi tentang krisis yang terjadi. Sekaligus menginformasikan kepada pihak-pihak yang terkait terhadap aksi-aksi yang diambil perusahaan sehubungan dengan krisis yang terjadi.

Dalam menghadapi krisis dibutuhkan kepemimpinan yang efektif. Sang pemimpin mesti mengetahui tujuan dan strategi yang jelas untuk mengatasai krisis. Tentu harus dilandasi oleh rasa optimisme terhadap penyelesaian krisis. Mintalah dukungan dari semua orang, dan tunjukkan bahwa perusahaan mampu menghadapi krisis yang terjadi ini dengan baik. Tenangkan hati mereka. Ajaklah seluruh anggota organisasi untuk terlibat dalam mencari dan menjalani solusi krisis yang telah disusun bersama.

Contoh Empiris :
TEMPO.COJakarta Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, hingga kini belum ada produk Nestle di Indonesia yang diketahui tercemar daging kuda. "Badan POM sedang meneliti sekarang, apakah ada (kandungan daging kuda)," kata Nafsiah di kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa, 19 Februari 2013.
Menurut Nafsiah, penemuan jejak DNA kuda dalam produk Nestle merupakan hal baru. Karena itu, Badan POM melakukan penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan daging kuda dalam produk Nestle. "Kalau memang ada, tentu akan ditarik (produknya)," ujar dia. "Tapi sampai sekarang belum ada."
Nestle, perusahaan makanan terbesar dunia, menarik produk makanannya yang tercemar daging kuda di Italia dan Spanyol. Langkah ini dilakukan setelah tes menunjukkan jejak DNA kuda dalam produk itu. Perusahaan berbasis di Swiss ini menghentikan pengiriman produk yang mengandung daging dari pemasok di Jerman.
Nestle merupakan perusahaan terbaru dalam barisan produsen pangan utama yang menemukan jejak daging kuda dalam makanan berlabel daging sapi. Skandal daging kuda, yang semula hanya ditemukan di Inggris, kini menyebar ke banyak negara Eropa. Juru bicara perusahaan itu mengatakan, tingkat DNA kuda yang ditemukan sangat rendah, tapi di atas 1 persen.




Referensi :
Mustafa Kamal. 2014. Akuntabilitas Sosial Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan. Aceh

Melly Maulin Purwaningwulan. 2011. Public Relations Dan Manajemen Krisis. Vol 11 No 2, Bandung